Penyakit Turunan

Orang tua dan keluarga di sekeliling Anda memiliki penyakit turunan yang menakutkan, kenapa Anda juga harus takut? Anda bisa kok, memutuskan ¡garis keturunan¢ penyakit-penyakit berat seperti kanker payudara, penyakit jantung, depresi dan obesitas, tanpa harus takut dianggap anak durhaka. Lagipula, penyakit turunan bukanlah kutukan turun temurun. Jika Anda tidak mau mengalaminya, maka Anda harus merubah ¡nasib' Anda sendiri !

Suka atau tidak suka, pada kenyataannya riwayat kesehatan kedua orang tua Anda sangat menentukan riwayat kesehatan Anda sendiri di masa datang.

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa penyakit yang mereka derita sebetulnya dicetuskan oleh faktor gen. Misalnya, jika kedua orang tua Anda memiliki kanker, maka resiko Anda sendiri untuk terkena kanker tentunya lebih besar. Namun seberapa besar Anda akan terkena kanker pula, tidak ada yang bisa memastikannya, karena sebetulnya walaupun genetika menjadi salah satu penyebabnya, masih banyak hal-hal lain diluar faktor keturunan yang juga menyebabkan seseorang terkena suatu penyakit berat. Dengan mengetahui dengan pasti riwayat kesehatan orang tua dan/atau keluarga Anda, Anda bisa lebih waspada dan bahkan bisa menyelamatkan diri Anda sendiri, atau setidaknya tidak memperparah resiko yang harus Anda alami, mumpung Anda masih sehat.

Kanker Payudara
Jika hubungan darah satu derajat dengan Anda, misalnya ibu atau saudara kandung perempuan Anda menderita atau pernah menderita kanker payudara, maka resiko Anda adalah dua sampai dua setengah kali lebih besar dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara. Dan jika hubungan darah dua derajat dengan Anda, seperti nenek ataupun bibi, pernah didiagnosa memiliki kanker payudara semasa hidupnya, maka resiko Anda adalah satu setengah sampai dua kali lebih besar dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga tersebut. Dan garis keturunan ini berlaku dari dua sisi, ayah dan ibu Anda. Hal ini disampaikan oleh Mary B. Daly, M.D., Ph.D., direktur the Margaret Dyson Family Risk Assessment Program pada Fox Chase Cancer Center di Philadelphia.

Supaya resiko Anda terkena kanker payudara bisa ditekan seminimal mungkin, Daly menganjurkan beberapa hal yang bisa Anda lakukan, seperti :

1. Mengurangi asupan alkohol
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi dua atau lebih minuman beralkohol tiap harinya memiliki peningkatan resiko yang lebih signifikan terhadap kanker payudara. Dan 40 penelitian lainnya menunjukkan bahwa minum satu minuman beralkohol setiap harinya mampu meningkatkan resiko sampai 10%.

2. Menjaga bobot badan agar tetap sehat
Penelitian baru-baru ini di Fred Hutchinson Cancer Reasearc Center di Seattle menemukan bahwa wanita obesitas (dengan Body Mass Index diatas 31,1) memiliki resiko kanker payudara setelah masa menopause (postmenopausal breast cancer) dua setengah kali lebih besar dibanding wanita dengan angka BMI di bawah 22,6. Jadi jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara dan Anda sendiri penderita obesitas, bisa dibayangkan resiko kanker payudara yang Anda alami.

3. Meningkatkan asupan asam folat dan mengurangi konsumsi lemak hewani
Laporan terbaru dari Nurses¢ Health Study menunjukkan bahwa wanita dengan kadar asam folat lebih tinggi memiliki penurunan resiko mengalami kanker payudara sampai 27 % dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar asam folat lebih rendah. Jadi mulai sekarang banyak-banyaklah makan sayuran hijau, buah strawberry, dan minum multivitamin harian yang mengandung asam folat 400 mikrogram. Selain itu usahakan tidak mengkonsumsi banyak lemak hewani, terutama yang berasal dari daging merah dan produk olahan susu tinggi lemak, karena wanita yang banyak mengkonsumsi lemak hewani semasa mudanya memiliki resiko 3,3 persen lebih besar daripada yang kurang mengkonsumsi lemak.

4. Lakukan mammogram secara rutin
Saat ini, mammogram adalah metode pendeteksi tumor terbaik yang dapat mendeteksi keberadaan tumor yang kecil sekalipun. Wanita dengan riwayat keluarga penderita kanker payudara harus mulai melakukan pemeriksaan setidaknya saat usia 5 atau 10 tahun lebih muda dibandingkan usia orang tua atau keluarga Anda saat terdeteksi kanker payudara, tapi tidak boleh dilakukan sebelum Anda berusia 25 tahun.

5. Minta dokter mereferensikan Anda pada ahli genetika
Kanker payudara yang bersifat turunan, kebanyakan disebabkan karena adanya mutasi pada gen BRCA 1 atau 2, yaitu gen yang bertanggung jawab dalam munculnya kanker payudara. Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara yang cukup tinggi (derajat pertama atau lebih dari satu orang dalam keluarga Anda menderita kanker payudara), cobalah untuk melakukan tes genetika. Karena wanita yang memiliki mutasi pada gen BRCA 1 dan 2, selain memiliki resiko terkena kanker payudara sampai 85 persen, juga ternyata memiliki resiko kanker ovarium yang lebih tinggi, 44 % lebih tinggi dari mereka yang mengalami mutasi pada gen BRCA 1, dan 27 % lebih tinggi dari mereka yang mengalami mutasi gen pada BRCA 2.

6. Jangan lupa olahraga
Penelitian di University of Calgary dan Alberta Cancer Board di Kanada menemukan bahwa wanita postmenopause yang rajin berolahraga secara teratur mengalami penurunan resiko kanker payudara sampai 30%, sedangkan mereka yang berolahraga sepanjang hidupnya, mengalami penurunan resiko sampai 42 persen.

Depresi
Jika salah satu orang tua atau saudara kandung Anda menderita depresi berat, maka resiko Anda mengalami depresi dalam hidup bisa jadi dua sampai tiga kali lipat lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan depresi. Selain itu, tingkat keparahan dan/atau kekambuhan depresi pada keluarga juga bisa mempengaruhi resiko yang Anda alami.
Namun Anda tidak perlu merasa dikutuk hanya karena salah satu anggota keluarga Anda menderita berat. Lynn Rehm, Ph. D, tenaga pengajar psikologi di University of Houston mengatakan bahwa depresi sedikit banyak juga dipengaruhi oleh hal-hal lain di luar genetika, seperti kondisi keuangan, kesehatan, dan juga faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, untuk meminimalisir resiko Anda mengalami depresi juga, Lynn menyarankan Anda untuk :

1. Mengenali gejala-gejala klinis depresi
Gejala-gejalanya meliputi rasa sedih, kesulitan konsentrasi, kurang energi, gangguan tidur atau insomnia, mengalami gangguan nafsu makan (atau malah terlalu banyak makan), rendah diri, merasa tidak berdaya dan tidak punya harapan, dan tentunya, selalu ingin bunuh diri. Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut selama 2 minggu atau Anda merasa setidaknya dalam beberapa hari terakhir Anda mengalami beberapa gejala di atas, sebaiknya Anda langsung memeriksakan diri. Pengobatan lebih dini akan mempercepat proses penyembuhan depresi.

2. Bangun hubungan sosial yang bersifat suportif
Penelitian terbaru di University of Oregon menemukan bahwa wanita depresi yang memiliki dukungan sosial yang tidak memadai, artinya, mereka tidak memiliki banyak hubungan sosial atau kurangnya bergaul dengan lingkungan sosial yang positif, cenderung tetap mengalami depresi walaupun telah melalui pengobatan medis, dibandingkan mereka yang memiliki hubungan sosial yang baik. Karena jika Anda memiliki seseorang atau siapapun yang bisa membuat Anda merasa nyaman saat Anda sedang menghadapi masalah, maka resiko Anda mengalami depresi cukup rendah.

3. Bangun pola pikir yang selalu optimis
Depresi seringkali berhubungan langsung dengan pola pikir yang selalu pesimis, atau merasa tidak punya harapan. Jika Anda terbiasa melihat segala sesuatu yang terjadi di diri Anda dengan perasaan pesimis, cobalah untuk bisa menerima kelemahan-kelemahan Anda sebagai bagian dari diri Anda, belajarlah untuk lebih menghargai diri Anda sendiri jika Anda bisa melakukan sesuatu yang baik, serta berhentilah menyalahkan diri sendiri jika ada kesalahan.

4. Mengkonsumsi ikan
Penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi banyak lemak esensial, terutama omega-3 yang banyak terdapat dalam ikan salmon dan sardines, bisa membantu mengatasi depresi dan gangguan bipolar. Jadi jangan ragu untuk mulai hobi makan ikan, atau mengkonsumsi suplemen yang mengandung omega-3.

5. Jangan lupa juga berolahraga
Dengan berolahraga secara teratur, secara fisik Anda akan lebih sehat, dan olahraga juga bisa meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan Anda dalam memecahkan masalah, sehingga olahraga juga bisa membantu mengatasi depresi. Para peneliti di Duke University Medical Center membandingkan efektivitas latihan aerobik, penggunaan antidepresan, dan kombinasi keduanya pada 156 orang dengan gangguan depresif berat. Setelah empat bulan, ketiga grup mengalami perkembangan yang signifikan. Namun setelah 10 bulan, grup yang terus melakukan latihan secara teratur memiliki penurunan kekambuhan yang signifikan dibandingkan grup yang hanya mendapatkan antidepresan saja.

Penyakit Jantung
Anda patut mencermati jika ibu Anda mengalami penyakit jantung atau kardiovaskular sebelum usia 60 tahun, atau jika ayah atau saudara laki-laki Anda mengalaminya sebelum usia 50 tahun. Karena menurut juru bicara American Heart Association, Richard Stein, M. D., Anda memiliki dua kali lipat resiko penyakit jantung prematur dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung. Yang juga penting untuk Anda perhatikan, bahwa banyak faktor-faktor pencetus resiko penyakit. jantung seperti kolesterol tinggi, hipertensi dan diabetes yang diturunkan melalui genetika.

Tapi Anda tidak perlu kuatir berlebihan, karena walaupun mungkin Anda mendapat gen ¡buruk¢ dari kedua orang tua Anda, tapi toh Anda punya pola hidup Anda sendiri. Karena kunci terhindar dari segala gangguan jantung adalah menghindari segala pola hidup yang tidak sehat, dan membiasakan diri dengan gaya hidup yang lebih sehat, misalnya :

1. Jangan merokok !
Riset menyimpulkan bahwa tubuh orang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung lebih mudah menerima efek-efek berbahaya dari rokok, dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga yang sama. Untungnya, jika Anda merokok, berhenti merokok bisa menurunkan resiko Anda terkena penyakit jantung dengan cukup cepat, seperti yang disampaikan oleh para peneliti di University of Washington di Seattle, bahwa orang yang telah tiga tahun berhenti merokok bisa menurunkan resiko terkena penyakit jantung pada level yang sama dengan orang yang tidak merokok sama sekali. Jadi, berhentilah merokok mulai detik ini !

2. Setia dengan pola makan ramah-jantung
Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan gandum utuh, serta hindari lemak jenuh dan asam lemak trans, pilih sumber lemak tak jenuh tunggal atau ganda, dan konsumsi ikan dengan kandungan lemak baik seperti tuna, salmon dan sardine, setidaknya dua kali seminggu.

3.Kurangi berat badan jika berlebihan
Pada mereka yang obesitas ataupun kelebihan bobot badan, kerja jantung menjadi lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh karena selain luas permukaan tubuh yang terlalu besar, pada orang yang kegemukan biasanya di pembuluh darahnya terdapat plak-plak kolesterol yang menumpuk sehingga menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya lama kelamaan jantung akan membesar supaya bisa memompa darah dengan lebih kuat, namun hal ini bisa berakibat terjadinya gagal jantung kongestif.

4.Rajin-rajinlah memeriksakan kondisi tubuh
Jika Anda memiliki resiko tinggi penyakit jantung akibat faktor keturunan, maka Anda harus lebih rajin memantau kondisi tubuh Anda sendiri seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan juga kadar gula di dalam darah, karena ketiga faktor inilah yang paling bertanggungjawab atas terjadinya penyakit jantung. Jika terdeteksi adanya abnormalitas pada salah satu atau bahkan ketiganya, Anda bisa segera mengontrolnya dengan melakukan pengobatan secara teratur dan juga mengatur pola makan dan gaya hidup yang lebih sehat agar penyakit jantung enggan hinggap di tubuh Anda.

5.Lagi-lagi, olahraga
Olahraga rutin dengan intensitas sedang, jika dilakukan setidaknya 4 hari dalam seminggu, juga bisa menjaga kesehatan jantung Anda. Penelitian yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health menemukan bahwa bahkan jalan kaki secara rutin, minimal empat jam atau lebih selama seminggu, secara signifikan mengurangi resiko gangguan jantung selama 14 tahun pada wanita yang menderita diabetes.

sumber : emel

Post a Comment

0 Comments